.s.e.a.r.c.h.

5/23/14

The Bucket List: Learn to be British people

Inggris? Sebuah negara yang jauh dipucuk daratan Eropa sana? Jauh sekali, bahkan wilayah tempatku berdiri saja sudah berbeda waktu 7 jam dengan negara satu ini. Bagaimana mungkin aku pernah bermimpi bisa menginjakan kaki di negara ini. Sejauh yang kusadari selama ini, aku baru menginjakkan mimpiku di tanah Jerman, itu juga karena aku terlalu excited saat pertama kali belajar bahasa jerman. Sedangkan Inggris, tak pernah aku bermimpi untuk berada disana bahkan saat aku telah belajar bertahun-tahun bahasa inggris.

Tapi kalau memang ada kesempatan seperti ini, aku jadi kepikiran. Aku kembali ingat bagaimana terlihat indahnya negara itu dari buku-buku yang pernah kubaca seperti Edensor, buku traveling ke Eropa, ataupun buku fiksi seperti Harry Potter. Bahkan tiap kali aku melihat foto barang-barang dekorasi interior kesukaanku, aku ingat bahwa barang-barang seperti ini terinspirasi dari keindahan kota bernama London. Pernah juga aku iseng mencoba mencari-cari tentang negara ini di sebuah grup yang kuikuti bernama Backpacker Dunia, aku menemukan sejuta keindahan negara ini lewat foto-foto mereka yang pernah berkunjung kesana. Negara ini tak hanya indah, tapi mampu menarik hati setiap orang setiap kali ada yang menyebutkan namanya. Negara yang telah dikenal luas jauh lebih lama dari masa-masa sebelum perang, negara yang terkenal dengan kerajaannya, negara yang dikenal dengan etika hidup dan tata kramanya, negara yg dikenal dengan bangunan-bangunannya yang khas. Ahhh… benar saja, aku sudah jatuh hati dengan negara ini sejak lama, tapi tak berani bermimpi untuk kesana.

Bodohya aku ini, kalau banyak orang ingin menjejakkan kaki di Inggris, kenapa aku harus takut? Biaya mahal? Tak punya dana? Kau berani bermimpi untuk ke Jerman, kenapa tak berani bermimpi ke Inggris? Itu kan sama mahalnya, bodoh sekali. Berpikir seperti ini, membuatku sadar kalau kenapa harus takut untuk bermimpi, meski kadang tak rasional, bermimpi juga bisa jadi faktor pendukung keberuntungan kan? Sekarang aku mulai melepas rasa takutku, aku tak mau dibilang bodoh oleh diriku sendiri. Aku ingin berada disana, di ujung Eropa sana, di kota London tepatnya. Tapi, kenapa aku harus ke Inggris? Kan sudah banyak tempat yang jadi tujuan mimpi backpackerku selama ini: mau keliling Indonesia, keliling Asia Tenggara, tour jalur sutra, ke Iran, Palestina, Jepang, Jerman, Swiss, Spanyol, masih ingin ke Turki pula. Terlalu banyak tempat impian begitu, masih mau ditambah ke Inggris. Sepertinya aku memang harus memberi alasan pada diriku sendiri untuk menambah mimpi ini. Biar suatu hari saat mimpi ini bisa jadi nyata, aku tak hanya menikmati perjalanannya saja, tapi aku juga bisa menemukan jawaban dari segala alasan yang mendorongku memasukkan Inggris dalam bucket listku.

Sebentar.
Ah, aku rasa aku tahu.

British People
Aku sangat penasaran dengan apa yang ku baca di sebuah buku berjudul "The Geography of Bliss" dimana sang pengarang Eric Weiner menggambarkan orang Inggris melalui cara mereka menikmati kebahagiaan. Dan menurutnya, masyarakat Inggris itu unik dan sangat berbeda dengan masyarakat Amerika, berbanding jauh meski kata orang mereka saudara jauh. Kata Eric lewat penelitian langsungnya di Inggris, kebahagiaan bagi orang Inggris itu bukanlah kebahagiaan yang seperti orang lain ingin miliki, tapi bagi orang Inggris hidup itu bukanlah soal kebahagiaan melainkan bagaimana lebur dan menjalani kehidupan, menderitalah dan berdamailah. Bayangkan! Mereka bahkan tidak mengejar kebahagiaan hidup, hanya menikmati dan membuat hal itu menjadi sebuah hal yang pantas dinikmati. Bahkan orang Inggris akan berusaha sedapat mungkin menghindari menyinggung orang (kapanpun dan dengan cara bagaimanapun), pendiam, tidak mau menggangu orang lain, tidak ingin terlalu menonjol, dan sangat tidak suka mengikuti terapi ke psikolog ataupun membeli buku panduan aktivitas. Katanya, bila ada orang Inggris tidak berlaku seperti ini, mereka akan sangat dicurigai dan dicap "terlalu Amerika". Astaga, segitunya ya. Sifat yang benar-benar unik dan mungkin cenderung bijaksana, sungguh berbeda dengan cara pandang masyarakat negeriku, dan yang pasti sangat berbeda dengan cara pandang dan kebiasaanku. Di buku ini juga dikatakan, sifat saking tidak mau mengganggunya orang-orang Inggris dan sifat tidak mau menonjolnya, mereka hanya akan berdiam diri, tak akan pernah mengeluh, ataupun membuat obrolan kecil dengan orang lain meski sedang berdiri lama dalam antrian yang panjang. Eric sendiri pernah mencoba "mengganggu" orang lain dengan berkata, "Antrian yang menjengkelkan ya?" dan hasilnya tidak ada yang mengomentari bahkan orang-orang Inggris disekitarnya memandangi seakan-akan ia orang gila. Sungguh berbeda jauh dengan kebiasaan-kebiaasan ku selama ini. Hehehe. Bertemu dengan mereka yang memiliki perbedaan sifat dasar dan kebiasaan budaya seperti ini pasti sangat menyenangkan! Semacam menjadi kenangan manis, lucu dan unik untuk dirasakan dan dikenang. 

Sifat dasar yang menarik menghasilkan kebiasaan budaya yang menarik pula.
Mungkin budaya minum teh jadi salah satu cara masyarakat Inggris menikmati hidup. Dan hal ini jadi alasan dan agenda bila aku bisa berada di negeri jauh ini. Menikmati dengan tenang secangkir teh hangat dengan paduan sepiring muffin manis di pagi hari yang hangat atau sepiring scones yang menggoda di sore hari yang indah, di sebuah cafe di tengah kota london tanpa diusik oleh rumpian siapapun, ahh seperti orang Inggris.
Tea Time
Tak hanya tea time, Inggris juga dikenal dengan etika makannya. Etika makan ini disebut Table Manner. Aku pernah beberapa kali mengikuti kursus singkat tentang table manner ini, tapi sepertinya tidak serumit yang dilakukan oleh masyarakat Inggris. Jumlah peralatan makan yang digunakan saat itu dikurangi karena disesuaikan dengan makanan yang disajikan. Akhirnya aku coba searching dan menemukan fakta bahwa apa yang kupelajari masih jauh sekali dari yang benar-benar dilakukan oleh orang Inggris! Pasti sangat seru bila bisa mengalami makan di sebuah restaurant yang secara tidak langsung mewajibkan pelanggannya makan menggunakan table manner, sudah dipastikan aku akan makan seperti adegan di salah satu episode Mr. Bean. Hahahaha. Tapi aku benar-benar terheran-heran dengan budaya Inggris ini, karena meskipun kita disuguhkan dengan beragam masakan, kita tidak akan pernah merasa makan berlebihan.
Table set untuk table manner
Kalau makannya saja harus teratur dan rapi seperti itu, pasti malu kalau tidak berpakaian rapi dan menarik. Nah, Inggris jadi salah satu kota mode yang sangat khas menurutku, sangat Eropa dan sangat menjaga kerapian juga keidealan bentuk tubuh. Karena ini lah aku sangat penasaran untuk mencoba menggunakan korset yang biasa digunakan oleh wanita Inggris di masa lalu. Benar-benar membentuk tubuk sesuai dengan pakaian. Indah, tapi menyiksa, karena harus menarik lemak tubuh supaya bisa terikat sempurna. Tapi apa benar ya korset ini juga dipakai oleh kaum lelaki di masa lalu?
Korset Inggris
Sudah mencoba berdandan cantik ala wanita Inggris, pasti tidak lengkap kalau belum jalan-jalan dengan taksi London yang super mewah atau biasa disebut taxicab/black cabs. Taksi yang menggunakan model Geely Automotive FX4 ini memiliki design yang klasik dan mewah. Kalau bisa keliling kota naik ini, rasanya aku seperti kembali ke masa-masa setelah Inggris menang perang. Jadul sekali! Selain itu, kita juga tidak akan merasakan kemacetan kota, karena para supir taksi ini diwajibkan untuk mengetahui jalur-jalur alternatif yang bisa dilalui bila jalur utama yg menjadi tempat tujuan kita itu terhadang kemacetan. Super eksklusif! Jadi ingin mencobanya nih, tapi tarifnya mahal tidak ya?
Black Cab
Datang ke Inggris, keliling-keliling kota London pasti akan mendengar logat-logat yang asing di telinga kita. Seperti yang aku katakan sebelumnya kalau Inggris dan Amerika itu memang saudara jauh, menggunakan bahasa yang sama tapi dengan logat yang sangat jauh berbeda. Di Indonesia pun, aku juga lebih terbiasa mendengar bahasa inggris dengan logat atau aksen Amerika dibandingkan British. Aksen british tidak diajarkan di sekolah dan di tempat-tempat les umum. Selama aku belajar bahasa inggrispun, aku tak tahu bahwa ada perbedaan kata dalam bahasa inggrisnya Amerika dengan British. Dan ternyata aksen british sangat menarik. Kalau suatu saat aku benar-benar bisa menapakkan kaki di London, aku pasti akan mencoba berbicara bahasa inggris dengan aksen british, sambil mengingat-ingat dan belajar kata-kata bahasa inggris ejaan british. Dan bila benar-benar berada di London, aku pasti seperti menonton secara live adegan percakapan di film Harry Potter atau James Bond.

Photo source: google.com & tumblr 

Sambil berkhayal jalan-jalan di Inggris begini, lebih asyik kalau sambil makan snack SMAX Ring. Rasanya gurih dan nikmat, senikmat khayalan yang jadi kenyataan.

No comments:

Post a Comment

komentar? bole bole.

.v.i.d.e.o.